3 ILMU YANG HARUS DIPELAJARI
Dalam hadist di jelaskan" Al ilmu tsalatsatun wa ma
siwa fahuwa fadlun, Ayatatun mukhamatun,Sunatun Qoimatun,au faridlotun
adilatun"
Artinya: Ilmu itu ada tiga selain tiga itu adalah lebihan (
boleh dicari boleh tidak , dicari lebih utama), yaitu:
1. Ayat yang menghukumi (al Qur'an)
2. Sunnah yang tegak (Al hadist/ sunnah Nabi)
3. Ilmu bagi waris yang adil
dari dalil di ats jelas bahwa ilmu yang wajib di cari ada
tiga yaitu alqur'an al hadist, dan ilmu bagi waris. Khusus ilmu bagi waris
sudah ada dalam qur' an dan hadist, jadi kita cukup mempelajari atau mengkaji
qur'an dan hadist. Bila kita amalkan iNsyallah tidak berat, tidak memerlukan
biaya yang besar, dan semua orang bisa mengamalkan dan mempelajarinya. Artinya
tidak memberatkan. Sebenarnya kalau kita mau mengaji kita akan pandai dan
terhindar dari bid'ah serta Taklid (mengikuti amalan tanpa tahu ilmunya) dan
kita tidak akan asal mengartikan suatu dalil.
Ahlulbait as. adalah sumber sejati ajaran Islam, sabda-sabda
mereka adalah mata air kecemerlangan, sabda-sabda mereka adalah mutiara hikmah
yang tak terhingga nilainya.
Di bawah ini sabda Imam ja’far ash Shadiq as. (imam Keenam
Syi’ah Imamiyah, Ja’fariyah, Itsna’Asyariyah).
عن أبي عبد الله
الصادق (ع) قال : قال
رسول الله صلى الله
عليه وآله و سلم
: طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ علَىَ كُلِّ مُسْلِمٍ
, ألآ إنَّ اللهَ يُحِبُّ
بُغَاةَ اْلعِلْمِ .
Dari Imam Ja’far as beliu berkata : Rasulullah saww bersabda
: Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim . Ketahuilah sesungguhnya Allah
mencintai para penuntut ilmu .
Syarah[1]: Dalam hadis yang telah disepakati periwayataannya
oleh umat Islam ini terdapat dua pembahasan, pertama: keutamaan ilmu
pengetahuan, kedua: penentuan ilmu yang wajib dipelajari atas setiap Muslim.
Keutamaan Ilmu:
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan,
banyak ayat Al qur’an yang menerangkan keutamaan ilmu pengetahuan, diantaranya
ialah: Allah SWT. berfirman:
شَهِدَ
اللهُ أنَّهُ لآ إلَهَ
إلاَّهُوَ وَالمَلاَئِكَةُ و أُوْلُوا العِلْمِ
قائِمًا بالقِسْطِ
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu)…” (QS:3;18)
Dalam ayat di atas setelah Allah SWT. mengawali dengan
menyebut diri-Nya, kemudian malaikat-Nya, Allah menyebut orang-orang yang
berilmu. Dan ini adalah sebuah keutamaan besar yang disematkan untuk mereka.
Allah SWT. berfirman:
يَرْفَعِ
اللهُ الذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ و
الذين أُوْتُوا العِلْمَ درَجاتٍ…
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kamu dan orang-orang yang diberilmu pengetahuan beberapa
derajat.(QS:58;11) Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibnu Abbas ra. berkata:
Para ulama memiliki beberapa derajat diaas orang-orang Mu’min (yang tidak
berilmu), sampai sejumlah tujuh ratus derajat, antara satu derajat dengan yang
lainnya perjalanan lima ratus tahun lamanya.
Allah SW. berfirman:
هَلْ يَسْتَوِي الذين يَعْلَمُوْنَ و
الذين لاَ يَعْلَمُوْنَ
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui.(QS:39;9)
Allah SWT. berfirman:
إَنَّما
يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبادِهِ
العُلَماؤُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’.(QS:35;28)
Diriwayatkan dari Imam Ja’far as beliau bersabda tentang
tafsir ayat di atas:
يعني بالعلماء من صدّق فعلُه
قولَه، ومن لم يصدّق
فعله قوله فليس بعالم.
Yang dimaksud dengan ulama’ (dalam ayat tersebut) adalah
orang yang tindakannya sesuai dengan ucapanya. Maka barang siapa yang
tindakanya tidak sesuai dengan ucapanya ia bukanlah seorang yang alim. Serta
masih banyak ayat-ayat lain yang menegaskan keutamaan ilmu pengetahuan dan
ulama’. Dan perlu diingat bahwa ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad
saw. adalah memerintahkan agar membaca dengan nama Tuhan, dan di dalam surah al
Qalam Allah SWT. bersumpah dengan pena. Hadis Nabi saw. juga tidak ketinggalan
menerangkan keutamaan ilmu pengetahuan, seperti sabda Nabi saw. kepada Imam Ali
as.:
Hai Ali, tidurnya orang yang alim (pandai) lebih utama dari
ibadahnya orang yang abid (tapi jahil). Hai Ali, salat dua raka’at yang
dilakukan orang alim lebih utama dari seribu raka’at salat orang abid. Hai Ali,
tiada kefakiran lebih dari kejahilan dan tiada ibadah lebih dari tafakkur.
Imam Ja’far as. bersabda, “Jika hari kiamat tiba Allah
mengumpulkan manusia dalam satu hamparan dan timbangan di tegakkan, lalu
ditimbanglah darah para syuhada’ bersama tinta para ulama’ maka tinta para
ulama’ lebih unggul dari darah para syuhada.
”Imam Ja’far as. beliau bersabda:
إنّ العلماء ورثة الأنبياء،
وذاك أنّ الأنبياء لم
يورثوا درهماّ ولادينارا، وإنّما
أورثوا أحاديث من أحاديثهم،
فمن أخذ بشيء منها
فقد أخذ حظًّا وافراً،
فانظروا علمكم هذا عمّن
تأخذونه؟ فإنّ فينا أهل
البيت في كلّ خلف
عدولا ينفون عنه تحريف
الغالين، وانتحال المبطلين، وتأويل
الجاهلين.
Sesungguhnya para ulama, adalah para pewaris para Nabi yg
demikian itu kerena para Nabi tidak mewariskan uang dirham ( perak ) dan uang
dinar (emas). Mereka hanya mewariskan Hadis-hadis (sabda-sabda) mereka, maka
barang siapa mengambil sesuatu darinya berarti ia telah mengambil bagian yang
besar . Maka perhatikan dari siapa kalian mengambil ilmu itu ? Karena
sesunggughnya hanya dari kalangan kami Ahlulbait pada setiap zaman ada
orang-orang baik (’udul) yang akan menyingkirkan dari agama ini pentahrifan orang-orang
yang melampaui batas, klaim pembawa kebatilan dan ta’wil orang-orang jahil.
Dari Hammad bin Utsman dari Imam Ja’far as., beliau
bersabda:
إذا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ
خَيْرا فَقَهََهُ فيِ الدِّيْنِ.
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka
Dia akan menjadikannya mengerti agama.
Imam Muhammad al-Baqir as. bersabda:
عَالِمٌ
يُنْتَفَعُ بعِلْمِهِ أفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ
ألْفِ عَابِدٍ
Seorang yang alim yang ilmunya bermanfa’at lebih afdhal dari
tujub puluh ribu abid.
Dari Imam Ja’far as beliau berkata:
قال رسول الله صلى
الله عليه وآله: مَنْ
سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فيْهِ عِلْمًا سَلَكَ
اللهُ بِهِ طريقا إلى
الجنَِّة وَإنَّ المَلائِكَةَ لتَضَعُ
أجْنِحَتَهَا لطَالِبِ العِلْمِ رِضًا بِهِ و
إنَّهُ يَسْتَغْفِرُ لِطَالِبِ العِلْمِ مَنْ في السَّمَاءِ
ومَنْ في الأَرْضِ حتَّى
الحوت في البحر، وفضل
العالم على العابد كفضل
القمر على سائر النجوم
ليلة البدر، وإنّ العلماء
وَرَثَةُ الأنبياء , إن الأنبياء لم
يُوَرِّثُوا ديناراً ولا درهما
ولكن ورّثوا العلم فمن
أخذ منه أخذ بحظّ
وافر.
Rasulullah saww bersabda, “Barang siapa menempuh jalan
mencari ilmu, maka Allah akan menempatkannya diatas jalan menuju ke sorga. Dan
sesungguhnya para Malaikat benar-benar meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu
karena rela terhadapnya. Dan sesungguhnya seluruh yang berada di langit dan di
bumi bahkan ikan-ikan di laut memohonkan ampun bagi penuntut ilmu. Dan
Keutamaan seorang yang alim dibanding orang yang rajin ibadah (saja) seperti
keutamaan bulan di banding bintang-bintang di langit pada bulan purnama. Dan
sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan (uang) dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka
barang siapa yang mengambil sebagian darinya berarti ia telah mengambil bagian
yang banyak.
”Dan masih banyak lagi hadis-hadis lain tentang keutamaan
ilmu dan para ulama’. Ilmu Yang Wajib Dipelajari Tentang ilmu apa yang wajib
atas setiap untuk mempelajarinya seperti ditegaskan dalam hadis diatas? Para
ulama’ berselisih tentangnya.
Para teolog mengatakan, “Yang wajib aini atas setiap Muslim untuk mempelajarinya ialah ilmu kalam, sebab dengannya dapat di kenal konsep keesaan Allah, sifat dan af’al-Nya. ”Para Fuqaha’ mengatakan ia adalah ilmu fikih karena dengannya seorang hamba dapat mengerjakan ibadah denga tepat dan benar, dapat mengerti halal dan haram. Para ahli tafsir dan hadis mengatakan ilmu yang wajib dipelajari ialah ilmu Al qur’an dan sunnah sebab ia adalah dasar ilmu-ilmu Islam. Para Shufi berpendapa yang wajib di pelajari adalah ilmu tentang suluk dan tata karma perjalanan seorang hamba.
Para teolog mengatakan, “Yang wajib aini atas setiap Muslim untuk mempelajarinya ialah ilmu kalam, sebab dengannya dapat di kenal konsep keesaan Allah, sifat dan af’al-Nya. ”Para Fuqaha’ mengatakan ia adalah ilmu fikih karena dengannya seorang hamba dapat mengerjakan ibadah denga tepat dan benar, dapat mengerti halal dan haram. Para ahli tafsir dan hadis mengatakan ilmu yang wajib dipelajari ialah ilmu Al qur’an dan sunnah sebab ia adalah dasar ilmu-ilmu Islam. Para Shufi berpendapa yang wajib di pelajari adalah ilmu tentang suluk dan tata karma perjalanan seorang hamba.
Di sini perlu dijelaskan bahwa pendapat-pendapat di atas
yang membatasi ilmu yang wabij dipelajari hanya pada jenis tertentu adalah
kurang tepat. Kata ilmu seperi kata wujud (kebaradaan), ia termasuk kata-kata
yang musytarakah (memiliki makna dan tingkatan yang berfariasi).
Jika demikian maka ilmu adalah sesuatu yang dengannya manusia menjadi sempurna dan ia butuhkan dalam ma’rifah (pengenalan) tentang dirinya dan tentang Tuhannya, tentang para Nabi utusan dan hujjah-hujjah Allah, pengenalan tentang pekerjaan yang dapat menghantarkanya menuju kebahagian, mendekatkan diri kepada Khaliqnya dan apa-apa yang dapat menghindarkannya dari kesengsaraan dan siksa serta jauh dari Allah SWT dan kampung kemuliaan di sisi-Nya.
Dan setiap kali ia telah meraih satu tinggkatan maka wajib atasnya merebut tingkatan diatasnya. Dan tiada batas bagi tingkatan-tingkatan tesebut, sebab tingakatan-tingkatan kedekatan di sisi Allah tiada batas. Dan tentunya tingkatan-tingkatan ilmu ini berbeda berdasarkan perbedaan kesiapan masing-masing orang bahkan berdasarkan perbedaan kondisi dan keadaan seorang sesuai dengan kesempurnaan yang telah dicapainya hari demi hari.
Oleh karenanya paling pandainya makhluk Allah; Nabi Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah agar memohon ditambah ilmu, “dan katakan: ” Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS:20;114)
Jika demikian maka ilmu adalah sesuatu yang dengannya manusia menjadi sempurna dan ia butuhkan dalam ma’rifah (pengenalan) tentang dirinya dan tentang Tuhannya, tentang para Nabi utusan dan hujjah-hujjah Allah, pengenalan tentang pekerjaan yang dapat menghantarkanya menuju kebahagian, mendekatkan diri kepada Khaliqnya dan apa-apa yang dapat menghindarkannya dari kesengsaraan dan siksa serta jauh dari Allah SWT dan kampung kemuliaan di sisi-Nya.
Dan setiap kali ia telah meraih satu tinggkatan maka wajib atasnya merebut tingkatan diatasnya. Dan tiada batas bagi tingkatan-tingkatan tesebut, sebab tingakatan-tingkatan kedekatan di sisi Allah tiada batas. Dan tentunya tingkatan-tingkatan ilmu ini berbeda berdasarkan perbedaan kesiapan masing-masing orang bahkan berdasarkan perbedaan kondisi dan keadaan seorang sesuai dengan kesempurnaan yang telah dicapainya hari demi hari.
Oleh karenanya paling pandainya makhluk Allah; Nabi Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah agar memohon ditambah ilmu, “dan katakan: ” Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS:20;114)
Dan tentang waktu pembelajaran diterangkan dalam hadis:
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang kubur”. Jadi makna hadis di atas
demikian: sesungguhnya menuntut ilmu wajib atas setiap muslim, baik ia pandai
ataupun ia jahil, baik ia kurang maupun ia sempurna (kalau dibanding dengan
yang berada di bawahnya). Dan tentunya tingkatan-tingkatan ilmu ini berbeda
berdasarkan perbedaan kesiapan masing-masing orang bahkan berdasarkan perbedaan
kondisi dan keadaan seorang sesuai dengan kesempurnaan yang telah dicapainya
hari demi hari.
Catatan:
Kemudian perlu diketahui bahwa sabda Nabi saw. pada akhir
hadis di atas: “Ketahuilah sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu”
menunjukkan bahwa ilmu yang para pencarinya dicintai Allah SWT. pastilah ilmu
yang mulia, yang dicari hanya karena Allah, bukan karena sesuatu yang lain.
Dari Imam Bagir as. beliau bersabda:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِي
بِهِ الْعلَََُمَاءَ ، أوْ يُمَارِي
بِهِ السُفَهَاءَ ، أو يَصْرِفَ
به وُجُوْهَ النَّاسِ إليه فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ ، إنَّ الرِئَاسةَ
لاََتَصْلُحُ إلاَّ لأَِهْلِهَا.
Barang siapa mencari ilmu untuk tujuan menyombongkan diri
kepada para ulama’ dengan ilmu tersebut atau mendebat orang-orang yang bodoh
dengannya atau memalingkan perhatian orang kepadanya, hendaknya menempati
tempatnya di neraka, sesungguhnya kepemimpina tidak laik kecuali bagi ahli
(pemilik)-nya.
Dari Imam Ja’far a.s beliau bersabda:
مَنْ أرَادَ الحَِديْثَ لِمَنْفَعَةِ
الدُنْيَا لَمْ يَكُنْ لَه
ُفيِ الآخِرَةِ نَصِيْبٌ، ومن أراد به
خَيْرَ الآخرةِ أعْطَاهُ الله
ُخَيْرَ الدنيا و الآخرةِ.
Barang siapa menginginkan hadis untuk meraih manfa’at
duniawi, maka kelak di akhirat ia tidak akan mendapatkan bagian (kebaikan), dan
barang siapa menginginkannya untuk tujuan kebaikan akhirat, Allah akan
memberinya kebaikan dunia dan akhirat. Jadi mencari ilmu Allah SWT. hendaknya
murni karena Allah dan untuk mendekakan diri kepada-Nya. Semoga kita semua di
jadikan orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar